Dianggap haram dan harus dimusnahkan, inilah makna filosofis dan kebijaksanaan seni Wayang. Budaya wayang dianggap haram dan harus dimusnahkan, inilah makna filosofis dan kebijaksanaan seni Wayang. Apa makna filosofis dan kebijaksanaan seni wayang yang dianggap haram dan harus dimusnahkan. Tanggapan terhadap seni wayang yang dianggap haram dan harus dimusnahkan.
Youthindonesian - Jagad sosial maya kembali dihebohkan dengan pernyataan salah seorang penceramah yang mengatakan bahwa wayang itu haram dan harus dimusnahkan, karena menurut pendapatnya sendiri, wayang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sang penceramah pun menjelaskan bahwa tanpa mengurangi rasa hormat terhadap budaya nenek moyang, ia mengatakan bahwa wayang lebih baik ditinggalkan, mungkin cukup dikenang saja, bahwasanya ini dulu tradisi orang dulu seperti ini, seperti dikutip dari suarabanten.id
Terlepas dari berbagai simpang siur yang beredar, kita tidak akan membicarakan dan mempermasalahkan terkait hukum memainkan wayang. Lebih baik, kita telusuri makna dan nilai filosofi terkait wayang itu sendiri.
Dan, inilah makna filosofis dan kebijaksanaan yang terkandung dalam kesenian wayang yang ada di Indonesia.
1. Wayang memiliki makna bayangan
Penamaan wayang memiliki arti dan makna bayangan, wayang dimainkan di balik layar oleh seorang dalang, sehingga menimbulkan bayangan. Seolah ingin menjelaskan bahwa apa-apa yang ada di dunia ini hanya sekedar bayangan saja, apa yang terlihat di dunia ini hanya sekedar bayangan. Sebagaimana sifat bayangan, yaitu tidak nampak, hanya ilusi, hanya bayangan, semu.
Namun, di balik bayangan itu ada cahaya yang menjadi sumber bagi wayang kulit memiliki bayangan. Hal itu menjelaskan bahwasanya hanya dengan bantuan dan pertolongan sang pemilik Cahaya lah manusia bisa menemukan kesejatian dirinya, menemukan makna bahwa manusia hanyalah sekedar kulit dan bayangan saja. Yang sejati hanyalah Dia, yang Maha Kuasa, Allah yang Esa, yang telah menciptakan kita semua.
2. Makna wayang terbuat dari kulit
Wayang yang dimainkan di balik layar oleh sang dalang adalah wayang yanv terbuat dari kulit, kulit yang dibentuk menjadi wayang tersebut begitu lemah tak berdaya dimainkan oleh sang dalang ke sana ke mari.
Hal ini ingin menjelaskan bahwa manusia sungguh bukanlah apa-apa, ia bukanlah siapa-siapa, laksana sebuah kulit yang tipis, manusia begitu lemah dan tak berdaya jika tanpa pertolongan Allah. La hawula quwwata ila bilah.
3. Makna gamelan sebagai musik pengiring pewayangan
Gamelan selalu menjadi pengiring bagi dalang dalam memainkan wayang, irama musik gamelan menjadi penyemarak suasana, agar drama wayang menjadi hidup, dan setiap ketukan serta irama gamelan akan sesuai dengan adegan yang sedang dilakoni para wayang.
Makna filosofis dari hadirnya gamelan bisa diartikan bahwa hidup ini seperti irama, ada naik ada turun, selalu dinamis, hidup akan hambar bila semuanya datar-datar saja, dalam gamelan, kadang ada saatnya riuh, semua alat musik ditabuh dan ada kalanya suasana menjadi sunyi, tergantung kondisi dan adegan yang saat itu terjadi pada sang wayang.
Oleh karena itu, kejadian atau peristiwa apapun yang menimpa diri kita, kita nikmati dan syukuri saja, anggap saja itu bagian dari irama kehidupan. Nikmati musik semesta dan menarilah bersama irama kehidupan.