Peran Literasi Matematika dalam Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga -->

Peran Literasi Matematika dalam Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga

Yoga
Jumat, 13 Desember 2024


Opini : Ayu Lestari, S.Pd.

YOUTHINDONESIAN - Matematika sebagai induknya ilmu pengetahuan menjadi penting untuk kegunaan dalam kehidupan sehari- hari bagi setiap individu. 

Beberapa kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari yaitu sebagai berikut:

1. Bagi pengguna transportasi untuk menghitung berapa lama waktu yang ditempuh dengan menggunakan konsep jarak dan kecepatan yang diketahui. 

2. Bagi ibu rumah tangga matematika bermanfaat untuk mengatur keuangan dalam rumah tangga dengan menggunakan perhitungan sederhana agar segala kebutuhan dapat terpenuhi dari keuangan yang ada tanpa menimbulkan hutang atau besar pasak dari pada tiang. 

3. Bagi pengembang properti untuk mengukur luas tanah, luas bangunan, dan besaran pengeluaran untuk membangun sebuah bangunan agar dapat memperoleh keuntungan maksimum. 

4. Bagi pedagang yaitu untuk menghitung berapa besarnya modal, untung, dan kerugian termasuk diskon yang biasanya ditemui saat berbelanja di sebual mall yang menawarkan diskon pada barang-barang yang dijual, maka perlu menggunakan matematika untuk mengetahui berapa banyak uang yang harus keluarkan untuk membayar barang yang telah dibeli tersebut. 

5. Saat akan membuka suatu usaha maka dapat menggunakan matematika untuk mengoptimalkan penghasilan dari penjualan hasil produksi usaha dengan modal yang dimiliki sehingga dapat memperoleh keuntungan maksimum (Aminah, S., Dwidayati, N.K., & Mulyono, 2019).

Uraian tersebut menunjukkan permasalahan yang biasa kita temui dalam kehidupan sehari-hari dan tentunya masih banyak lagi kegunaan matematika untuk menyelesaikan kehidupan sehari-hari sehingga dapat katakan bahwa kemampuan-kemampuan matematis sangat penting untuk dikuasai oleh setiap individu, salah satunya yaitu kemampuan literasi matematis. 

Kemampuan literasi matematis dapat membantu seseorang dalam menerapkan matematika ke dalam penyelesaian permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Penilaian yang dilakukan dalam PISA berorientasi pada kemampuan siswa berusia 15 tahun untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan dalam menghadapi permasalahan kehidupan sehari-hari. 

Hasil peringkat di Indonesia dari periode ke periode pada program ini masih berada di peringkat ke-10 terbawah, ini menunjukkan kurangnya kemampuan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 

Penilaian PISA menunjukkan pentingnya kemampuan literasi matematis dalam kehidupan sehari-hari. 

Proses literasi matematis dimulai dari mengidentifikasi masalah kontekstual yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari kemudian menentukan rumusan masalah dari konteks tersebut dan menghubungkan dengan konsep-konsep matematika dan selanjutnya melakukan penyelesaian pemasalahan dengan menggunakan prosedur-prosedur matematika.

Kurangnya kemampuan dalam manajemen keuangan dalam rumah tangga disebabkan oleh beberapa hal, salah satu diantaranya yaitu kurang pemahaman terhadap literasi matematika. Literasi matematika berperan dalam pengelolaan keuangan, yaitu numerasi memainkan peran penting dalam pengelolaan keuangan pribadi. 

Kemampuan memahami dan mengelola angka-angka, seperti menghitung anggaran, membaca laporan keuangan, dan mengelola investasi, sangat penting untuk mencapai stabilitas keuangan (Sarwoedi, Marinka, D.O., Febriani, P., & wirne, I. N. 2018). 

Literasi matematika merupakan kapasitas individu untuk memformulasikan, menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks. 

Hal ini menjelaskan bahwa literasi matematika tidak hanya pada penguasaan materi akan tetapi hingga kepada penggunaan penalaran, konsep, fakta dan alat matematika dalam memecahkan permasalahan di kehidupan sehari hari. 

Selain itu, literasi matematika juga menuntut seseorang untuk mengkomunikasikan dan menjelaskan fenomena yang dihadapi dalam kehidupan sehari hari dengan menerapkan konsep matematika (Janah, S.R., Suyitno, H., &Rosyita,I. 2019). 

Pemahaman yang kurang baik tentang numerasi dalam keuangan, kemungkinan akan buruk apabila seseorang berencana membuat keputusan dalam memanajemen keuangan pribadi, terkhusus pada kelompok terkecil dalam masyakat, yakni rumah tangga. 

Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia berupaya dalam memperluas kampanye program literasi keuangan dalam rangka mendorong dan mengedukasi serta meningkatkan literasi keuangan melalui Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI). 

SNKI adalah salah satu program pemerintah yang digencarkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta percepatan penanggulangan kemiskinan di Indonesia. 

Kelompok yang menjadi salah satu sasaran utama kegiatan edukasi keuangan yang dilakukan pemerintah Indonesia sejak tahun 2017 melalui program SNKI adalah perempuan dan ibu rumah tangga karena memiliki peran penting terhadap pengelolaan dan pengambilan keputusan dalam keluarga. 

Maraknya penipuan pialang investasi ilegal menggunakan teknologi finansial dengan sasaran perempuan di tengah masyarakat dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir membuktikan masih rendahnya tingkat literasi keuangan perempuan (OJK, 2017). 

Untuk itu dalam mencapai kesejahteraan keuangan pribadi yang sehat, maka seseorang harus memiliki sikap, pengetahuan serta implementasi keuangan yang sehat dalam mengenal literasi keuangan. 

Namun demikian, Seorang Ibu Rumah Tangga pada umumnya mempunyai kebebasan yang lebih besar dalam membuat sebuah keputusan terkait dengan keuangan keluarga. 

Pada umumnya Ibu Rumah Tangga harus belajar terkait masalah keuangan secara trial and error, dan hal ini tentunya belum mampu menjadikannya pelaku ekonomi yang cerdas dalam hal konteks kehidupan saat ini (Niswi, 2020).

Seiring perkembangan zaman dan perubahan dari gaya hidup yang telah dialami oleh masyarakat, memberikan dampak terhadap perilaku atau sikap dari masyarakat khususnya terkait beberapa perilaku ibu rumah tangga dalam mengelola keuangan dari sebuah keluarga. 

Meningkatnya faktor gaya hidup seseorang, dapat menimbulkan dan memunculkan beberapa masalah dalam hal pengelolaan keuangan keluarga. Idealnya, literasi keuangan serta gaya hidup dapat memberikan dampak ataupun pengaruh kepada perilaku seseorang dalam mengelola sebuah keuangan. 

Pengetahuan keuangan dapat membentuk ke arah perilaku seseorang dalam mengelola keuangan dengan baik dan tepat. Sehingga, dapat dibuat kesimpulan bahwa semakin tinggi literasi keuangan yang dimiliki seseorang maka semakin baik pula perilaku keuangannya dan begitupun sebaliknya. 

Sedangkan, dalam hal gaya hidup memiliki dampak yang positif dan negatif. Seseorang dengan literasi yang tinggi serta gaya hidup yang sesuai kondisi atau keadaan keluarga, maka masyarakat akan mampu mengeola keuangan keluarga (Kusnandar & Kurniawan, 2018).

Gaya hidup masyarakat di Indonesia yang terkenal konsumtif atau cenderung menghambur-hamburkan uang, sehingga diperlukan pengelolaan keuangan dalam usaha maupun kehidupan sehari-hari. Perencanaan keuangan menurut Ghozie (dalam Putri, 2016) adalah “suatu proses seseorang atau individu yang berusaha memenuhi tujuan-tujuan keuangannya melalui pengembangan dan penerapan dari rencana keuangan yang komprehensif."

Perencanaan merupakan suatu alat ukur dalam pencapaian tujuan yang diinginkan. Untuk membuat perencanaan keuangan yang baik maka diperlukan pengetahuan tentang keuangan.

Menurut Pupsita dan Isnalita (dalam Septian, 2019), pengetahuan keuangan merupakan pengetahuan individu terkait situasi keuangannya sendiri yang dihasilkan oleh pemahaman konsep keuangan dan memperlakukannya sebagai prasyarat mengambil keputusan keuangan secara efektif. 

Hal ini sejalan dengan Pritazahra (2015) yang mendefinisikan bahwa pengetahuan keuangan ialah kebutuhan dasar bagi setiap orang agar terhindar dari masalah keuangan. 

Pengetahuan keuangan menjadi hal yang tak terpisahkan dalam kehidupan individu karena merupakan alat dalam membuat keputusan keuangan. 

Kesulitan keuangan tidak hanya karena pendapatan semata (rendahnya pendapatan) tetapi juga disebabkan karena kesalahan dalam pengelolaan keuangan (miss-management), seperti tidak adanya perencanaan keuangan.

Pengetahuan keuangan dapat diperoleh dari pendidikan formal dan sumber-sumber informal. Pendidikan formal bisa didapat dari kuliah, seminar, dan pelatihan. 

Sedangkan sumber-sumber informal didapat dari lingkungan sekitar, seperti keluarga, teman, teman kerja, maupun dari pengalaman sendiri (Humaira dan Sagoro, 2018). 

Pengetahuan keuangan tidak hanya membantu dalam mengelola keuangan dengan baik tetapi dapat memberi manfaat bagi ekonomi. 

Menurut Putri (2016) manfaat perencanaan keuangan yaitu dapat memastikan kebutuhan pokok yang diperlukan sudah terpenuhi, sebagai pertimbangan dalam pengelolaan keuangan, dan sebagai pemberi motivasi dalam pengelolaan keuangan.

Pengelolaan keuangan yang tepat harus didukung oleh literasi keuangan yang baik. Literasi keuangan merupakan kemampuan bagi seseorang untuk membaca, menganalisis, mengelola dan mengkomunikasikan kondisi keuangan yang memengaruhi kesejahteraannya (Sanistasya, Raharjo, & Iqbal, 2019). 

Dengan pengelolaan keuangan yang tepat dan didukung dengan literasi keuangan yang baik, maka diharapkan taraf kehidupan dapat meningkat. 

Hal tersebut berlaku untuk setiap tingkat pendapatan. Berapapun tingginya tingkat pendapatan seseorang, tanpa pengelolaan yang tepat maka keamanan finansial akan sulit dicapai. 

Penelitian oleh Safitri dan Sukirman (2018) menjelaskan rencana keuangan yang baik harus dapat diukur ketepatannya, baik ketepatan waktu, alokasi sumber keuangan, evaluasi pemasukan dan pengeluaran. 

Faktor yang mendorong seseorang dalam menyusun perencanaan keuangan dan pengambilan keputusan keuangan antar individu pasti berbeda-beda. 

Perilaku keuangan merupakan tindakan yang mencerminkan perilaku yang baik terhadap uang dan cara yang tepat dalam mengelolanya (Safitri & Sukirman, 2018). 

Maynard Keynes menyatakan bahwa manusia sudah pasti secara alamiah berdasarkan rata-rata, untuk meningkatkan konsumsi ketika pendapatan mereka naik, tetapi tidak sebanyak kenaikan pendapatan mereka (Mawo, Thomas, & Sunarto, 2017). 

Pengambilan sikap tertentu terhadap suatu objek oleh seseorang menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek sikap yang bersangkutan. Teori yang dikemukakan tersebut menunjukkan bahwa perilaku seseorang yang memiliki pengetahuan tentu akan berbeda dengan orang yang tidak memiliki pengetahuan.

Dengan demikian, untuk mencapai kemampuan pengetahuan dalam pengelolaan keuangan yang baik dalam rumah tangga dan terkhusus para ibu rumah tangga yang memiliki peran penting dalam pengelolaan keuarga, harus diiringi dengan invidu yang tak pernah puas dalam hal pendidikan, upayanya dalm hal literasi matematika. Sehingga sebagai kaum wanita haruslah memiliki pengetahuan yang mapan tentang literasi matematika. 

Hal ini bisa diperkuat di masa pendidikan sekolah formal maupun informal untuk senantiasa membekali diri. 

Selain itu, penguatan literasi matematika pada ibu-ibu rumah tangga pun harus selalu dilakukan dengan tidak pernah berhenti belajar kapanpun dan dimanapun kita berada. 

Semangat selalu para ibu-ibu rumah tangga! Keberkahan selalu mengiringimu.***