INSS Tekankan Dimensi Geopolitik dalam Diskusi “Peran Pemuda dalam Ketahanan Pangan Nasional” -->

INSS Tekankan Dimensi Geopolitik dalam Diskusi “Peran Pemuda dalam Ketahanan Pangan Nasional”

Admin
Selasa, 28 Oktober 2025

 

Kegiatan Diskusi Peran Pemuda dalam Ketahanan Pangan Nasional

JAKARTA, 28 Oktober 2025 — Wakil Direktur Intelligence and National Security Studies (INSS), Yusup Rahman Hakim, menegaskan bahwa isu pangan telah bergeser dari urusan agrikultur menjadi persoalan geopolitik dan keamanan negara. Hal tersebut disampaikan dalam diskusi publik bertajuk “Peran Pemuda dalam Ketahanan Pangan Nasional” yang digelar di HOPES KOPI, Selasa malam (28/10).


Acara yang dihadiri puluhan peserta ini menghadirkan narasumber dari berbagai perspektif, yakni Dr. Bayu Eka Yulian, SP, M.Si (Kepala Pusat Studi Agraria/PSA), Afif Fahreza (Presiden Mahasiswa BEM KM IPB University), dan Yusup Rahman Hakim (Wakil Direktur INSS).


Pada sesi pemaparan, Dr. Bayu menekankan bahwa keadilan agraria merupakan faktor kunci untuk memperkuat kedaulatan pangan nasional. Ia mengingatkan bahwa pemuda tidak boleh hanya menjadi konsumen, tetapi perlu berperan aktif dalam mendorong reformasi agraria yang berkeadilan.


Sementara itu, Presiden Mahasiswa IPB, Afif Fahreza, menyoroti pentingnya inovasi teknologi dan peran kampus dalam menjembatani kebijakan pemerintah dengan kebutuhan petani di lapangan. “Pemuda harus menjadi penggerak perubahan, membawa teknologi tepat guna bagi sektor pangan,” ujarnya.


Perspektif berbeda disampaikan Wakil Direktur INSS, Yusup Rahman Hakim, yang menempatkan pangan sebagai bagian dari strategi intelijen dan pertahanan negara. Ia menegaskan bahwa pangan kini menjadi center of gravity (titik berat) kedaulatan nasional, karena dapat digunakan sebagai alat tekanan antarnegara.


“Pangan bukan lagi isu agrikultur semata. Dalam studi intelijen dan keamanan nasional, pangan adalah center of gravity kedaulatan. Negara yang bergantung impor menghadapi kerentanan strategis yang mudah dieksploitasi pihak asing,” tegas Yusup.


Ia juga menyerukan agar pemuda mengambil peran sebagai “pemikir strategis” dalam ekosistem pangan nasional. “Pemuda harus mampu membaca risiko geopolitik, memetakan ancaman rantai pasok, dan memastikan Indonesia tidak hanya sekadar mampu bertahan, tetapi benar-benar berdaulat atas pangannya,” tambahnya.


Diskusi yang dipandu oleh Adam Maulana tersebut menyimpulkan bahwa ketahanan pangan merupakan isu multidimensi yang memerlukan sinergi antara kebijakan agraria, inovasi teknologi, dan kesadaran intelijen strategis di kalangan pemuda.


Kegiatan ini terselenggara atas kolaborasi Intelligence and National Security Studies, HKS, dan Lentera Indonesia, dan menjadi langkah awal untuk memperkuat literasi strategis pemuda mengenai kedaulatan pangan sebagai bagian dari pertahanan nasional.